Kamis, 05 Januari 2012

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT : BAGAIMANA MENGELOLA PARADOKS ANTARA KEPENTINGAN EKONOMI DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN


Oleh : Ir. Santobri
(Ketua Kompartemen Lingkungan GAPKI – Cabang Riau)
(Disampaikan dalam : Workshop on Drivers of Deforestation and Forest Degradation and Indentification of Activities that Result in Reduced Emissions, Hotel Aston Pekanbaru, 14 Desember 2011)

PENDAHULUAN

Sawit Komoditas Unggulan :
  • Kelapa sawit di Indonesia termasuk komoditas unggulan, pasalnya nilai ekonomis yang dihasilkan komoditas ini cukup besar.
  • Dari tahun ke tahun volume dan nilai ekspor komoditas kelapa sawit mengalami peningkatan yang cukup pesat. Volume dan nilai ekspor CPO Indonesia (Sumber : Dirjenbun, 2010):
    • Tahun 1980 : 50300 ton (US$ 255)
    • Tahun 2007 : 11.875.000(US$ 7.869)
    • Tahun 2008 : 14.291.000 (US$12.402)
    • Tahun 2009 : 15.529.000 (US$9.144)
  • Prospek pengembangan kelapa sawit ke depan sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak makan, oleokimia, tapi juga digunakan sebagai bahan baku energi (bio-fuel). EU Directive berisi tentang target pemakaian energi sebesar 5,75% dari biodiesel pada 2010 dan 10% pada 2020 di 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa.

ISU GLOBAL

Selama ini berkembang isu-isu terhadap pengembangan kelapa sawit di Indonesia yaitu :
  • Pengembangan kelapa sawit sebagai penyebab deforestasi atau kerusakan hutan,
  • Rusaknya keragaman hayati dan berkurangnya habitat Orang Utan, Gajah, Harimau Sumatera dan satwa lainnya,
  • Meningkatnya CO2 akibat pembukaan lahan dengan membakar,
  • Lingkungan rusak akibat pemanfaatan lahan gambut yang tidak terkendali
  • Alih fungsi hutan dan lahan gambut à deforestasi hutan dan degradasi lahan à emisi gas rumah kaca àperubahan iklim à merusak lingkungan àpembangunan tidak berkelanjutan
Apa akibatnya?
  • Indonesia pernah dituduh sebagai emitor CO2 terbesar nomor tiga di dunia (Mengemisikan CO2 sebanyak 3.0 GT). Apakah tuduhan tersebut berdasarkan kajian ilmiah yang TEPAT dan BENAR? ??????
  • FAKTA siapa sebenarnya emitor terbesar? Laporan terbaru (Kompas 4 – 12 – 2011) menunjukkan negara-negara yang sebenarnya merupakan emitor CO2 terbesar yang sesuai dengan penggunaan bahan bakar yang dibahas sebelumnya
  • Isu negatif tersebut dapat menghambat perdagangan Minyak kelapa sawit/CPO dan turunannya di dunia internasional
  • Persyaratan produk yang semakin ketat baik dari negara pengimpor maupun dari konsumen :
  • Serifikasi Produk
  • Persyaratan lainnya terkait CPO sebagai bahan baku biodiesel
  • Persaingan dagang dengan minyak nabati lainnya yang dihasilkan dari negara Eropa dan Amerika
  • Kalau isu ini dibiarkan tidak terkendali, akan merusak pasar CPO dan ujung ujungnya adalah berpengaruh buruk terhadap pendapatan petani kelapa sawit.

SEPULUH FAKTA TENTANG KELAPA SAWIT

  1. Industri kelapa sawit penyerap tenaga kerja Bisnis kelapa sawit di Indonesia menyerap 3.06 juta tenaga kerja dimana 2.97 juta tenaga kerja terlibat dalam 7.3 juta hektar perkebunan, 63.450 di 470 pabrik kelapa sawit, 24.000 orang di 117 pabrik minyak goreng, 7.300 orang di pabrik biodiesel dan oleokimia. Dampak pembangunan industri kelapa sawit terhadap aspek ekonomi :
  • melibatkan banyak tenaga kerja dan investasi yang relatif besar untuk industri hilirnya, secara positif merangsang, menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja serta lapangan berusaha.
  • mempunyai keterkaitan dengan jasa kontruksi, jasa buruh tani, jasa angkutan, perdagangan pangan dan sandang, perdagangan peralatan kerja serta bahan dan material
  • Sektor jasa lainnya : perhotelan, koperasi, perbankan, perdagangan, industri kecil di pedesaan yang memproduksi alat produksi pertanian
  • Semuanya ini akhirnya menimbulkan munculnya pasar-pasar tradisional di daerah permukiman dan pedesaan. Dengan demikian pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Dari sisi lain menyebabkan pola konsumsi dan pendidikan masyarakat akan meningkat pula
2. Industri kelapa sawit didukung oleh para petani sebagai pemilik kebun. Luas perkebunan kepemilikan petani mencapai 3.3 juta Ha atau 46% dari total luas lahan kelapa sawit).
  • Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada hakekatnya adalah pembangunan ekonomi yang berorientasi pedesaan. Sasarannya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan dan mengurangi jumlah masyarakat miskin
  • Kegiatan pembangunan perkebunan telah menimbulkan mobilitas penduduk yang tinggi. Akibatnya di daerah-daerah sekitar pembangunan perkebunan muncul pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan, terutama terhadap kebutuhan rutin rumah tangga dan kebutuhan sarana produksi perkebunan kelapa sawit.

3. Minyak sawit bermanfaat untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat dunia akan bahan makanan, kosmetik, obat-obatan, energi dan bahan baku lainnya. Lebih dari 50 negara di dunia menggunakan minyak sawit untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Harganya yang murah dan bagus untuk kesehatan.

4. Kelapa sawit merupakan bahan baku energi terbaharui yang ramah lingkungan. Minyak sawit dapat mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar fosil sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.

5. Sebagai bahan baku biodiesel, minyak sawit memiliki rekam jejak emisi gas rumah kaca lebih rendah dibanding komoditas lain. Emisi Gas Rumah Kaca Kelapa Sawit 835 kg , Kedelai 1.387 kg, Rapeseed 1.562 kg .

6. Perkebunan kelapa sawit memiliki kapasitas penyerapan karbon lebih tinggi sebab perkebunan kelapa sawit memiliki daur hidup 25-30 tahun. Ini berarti, kelapa sawit mampu menyerap karbondioksida seperti hutan alam sekunder. Beberapa hasil kajian terhadap cadangan karbon dari kelapa sawit dan berbagai jenis vegetasi lainya adalah seperti berikut ini :
No. Jenis Pola Penggunaan Lahan Cadangan Karbon (ton/ha)
  • Perkebunan Kelapa Sawit Blok D35 (Mayun, 2011) : 70.89 ton C/ha
  • Perkebunan Kelapa Sawit Blok E41 (Mayun, 2011) : 78.61 ton C/ha
  • Perkebunan Kelapa Sawit I27 (Sharma, 2009) : 75.52 ton C/ha
  • Perkebunan Kelapa Sawit (Tomich, et al, 2002 dalam Akiefnawati, et al., 2008) : 90.00 ton C/ha)
  • Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggag Utara Kec. Lumban Julu Kab. Toba Samosir Prov Sumatera Utara (Bakri, 2009) : 95.82 ton C/ha
  • Kebun karet bergilir (Hairiah et al. 2001 dalam Akiefnawati, et al., 2008) : 46.00 ton C/ha
  • perkebunan HTI(Hairiah et al. 2001 dalam Akiefnawati, et al., 2008) ; 37.00 tonC/ha
  • Tanaman semusim / alang-alang (Hairiah et al. 2001 dalam Akiefnawati, et al., 2008) : 2.00ton c/ha
  • Hutan tropis equator Gibbs et al (2007 dalam Asril, 2009) : 99 -250ton C/ha
  • Rata-rata cadangan karbon (vegetasi dan serasah) dari sampel hutan Indonesia Palm et al (1999 dalam Asril, 2009) : 236-376ton C/ha
  • hutan bekas tebangan atau hutan sekunder Palm et al (1999 dalam Asril, 2009) : 93.00ton C/ha


7. Produktivitas kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan komoditas penghasil minyak nabati lain.
  • Kelapa Sawit : 3,5 ton/Ha/thn
  • Kedelai : 0,36 ton/Ha/thn
  • Kanola : 0,55 ton/Ha/thn
  • Bunga Matahari : 0,36 ton/Ha/thn

8. Kelapa sawit lebih efisien dalam penggunaan lahan. Kebutuhan lahan untuk masing masing jenis minyak nabati adalah sebagai berikut :
  • Kelapa Sawit : 0,26 Ha/ton cpo.
  • Kedelai : 2,22 Ha/ton.
  • Kanola : 1,52 Ha/ton.
  • Bunga Matahari : 2 Ha/ton

9. Limbah Kelapa Sawit sangatlah bermanfaat karena dapat didaur ulang. Antara lain sebagai pupuk cair, pupuk padat (kompos), mulsa, pakan ternak, arang aktif, perabot, dan sebagainya. Hal ini menjadikan kelapa sawit lebih efisien serta lebih ramah lingkungan.

10. Perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia tunduk pada peraturan pemerintah dan mengikuti aturan internasional yang relevan. Seperti mengikuti Indonesia Sustainable Palm Oli (ISPO), Roundtable on sustainable palm oli (RSPO). GAPKI memandang tuntutan dan perhatian masyarakat dunia saat ini adalah bagaimana mengelola industri kelapa sawit dengan memenuhi prinsip 3P, yaitu People, Planet dan Profit. Pengelolaan industri sawit yang berkelanjutan ini juga sudah menjadi tuntutan dari para pengguna dan stakeholder industri, sehingga sustainability merupakan faktor yang akan menentukan arah dan transformasi industri sawit di masa yang akan datang. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk sertifikasi produk baik sertifikasi yang bersifat sukarela (Roundtable on Sustainable Palm Oil-RSPO) maupun yang bersifat wajib (Sistem Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia/Indonesia Sustainable Palm Oil-ISPO).

MENGINGAT BEGITU PENTINGNYA INDUSTRI KELAPASAWIT BAGI KEPENTINGAN PEREKONOMIAN BANGSA KITA, MAKA PERLU MELAKUKAN Kampanye “Anti Negative Campaign”. Mari semua komponen bangsa termasuk LSM dan NGO ikut aktif menyuarakan kepada dunia internasional melalui jaringannya bahwa pemerintah Indonesia bersama pelaku usaha perkebunan sudah melakukan langkah-langkah konkrit dalam pembanguan perkebunan yang berkelanjutan untuk mencegah meningkatnya Global Warming.

TERIMA KASIH……… SALAM SAWIT, SALAM HIJAU, SALAM LESTARI..!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar: